Ratusan warga membanjiri kota tersebut pada pekan dengan memakai kostum abad pertengahan dan bertarung saling lempar buah jeruk.
"Karnaval kami adalah tradisi keluarga, itu adalah tradisi orang tua kita dan menjadi sesuatu yang dekat dengan hati kita. Untuk rakyat Ivrea, itu saat yang bersejarah," kata seorang penduduk kota Angelo seperti dikutip The Telegraph, Selasa (21/2/2012).
Karnaval ini mengisahkan legenda yang menceritakan tentang peristiwa abad ke-12, dimana putri seorang tukang daging menolak tawaran dari Raja yang jahat. Putri tersebut melakukan perlawanan dan memotong kepala raja yang berujung kebebasan kota Ivrea bebas dari sistem tirani.
Pertempuran jeruk tersebut mengenang pemberontakan melawan pemerintah tiran. Peserta dibagi diumpamakan bangsawan dan rakyat jelata yang berseteru. Jeruk yang digunakan melambangkan kepala para penindas.
Sejak tahun 1930, gadis-gadis setempat mulai melemparkan jeruk dan bunga dari balkon mereka ke gerbong parade karnaval supaya para pria memperhatikan mereka. Ini merupakan pertanda dimulainya perang jeruk tersebut.
Dari gerbong tersebut, para pria akan melemparkannya kembali. Dengan gerakan penghormatan, itu digunakan sebagai isyarat dimulainya pertarungan.
Sekira 500 ton jeruk dikirim dari Sisilia untuk wilayah Piedmont setiap tahun untuk menyediakan senjata jeruk ini. Kemeriahan pun tampak terjadi selama perang. Tak kurang sampah pun menumpuk usai peperangan.
No comments:
Post a Comment