California- Di pintu masuk losmen di kampus Universitas California Berkeley,USA, para gelandangan dan pengemis mondar-mandir menengadahkan tangan. Mereka keluar masuk kampus dengan leluasa.
Bagi kaum papa ini, sedekah satu-dua dolar sudah berarti. Sebagian mereka adalah kaum kulit putih, lainnya orang kulit hitam atau hispanis. Semuanya meminta-minta. Bagi mereka, Tuhan masih ada, buktinya banyak orang perduli mereka dengn cara melemparkan dolar atau barangnya.
Tembok Universitas California (UC) Berkeley adalah saksi bisu merebaknya kaum gelandangan dan pengemis masuk kampus ini, yang jumlahnya kian bertambah pasca-rezim George Bush yang gemar perang dan terkenal dengan slogan "Amerika Pasti Menang".
Kaum gelandangan dan pengemis itu seolah merdeka dengan caranya sendiri. Kalau Descartes menyatakan �aku berpikir maka aku ada�, maka mereka bersikap, bergaya �aku men jadi gelandangan atau gembel, maka aku ada�. Sebab mereka tak mau ganti profesi. Dan mereka asyik semaunya sendiri
�Mereka bahkan punya lawyer untuk membela kepentingan mereka dalam mendapatkan hak�hak dasar, akses ke kampus dan library, juga hak hidup (HAM) dengan cara mereka sendiri. Malah mereka juga punya tabloid atau bulletin untuk mengartikulasikan aspirasi mereka sebagai warga AS yang malang dan marginal,� kata Sirajuddin Abbas, kandidat PhD di UC Berkeley.
Abbas adalah dosen UIN Syarif Hidayatulah Jakarta yang membawa saya ke markas gelandangan itu di sudut remang di antara pepohonan di lingkungan kampus raksasa yang dulu menggerakkan demo-demo menentang invasi AS ke Vietnam dan demo anti Perang Vietnam ini.
Para gelandangan dan pengemis ini terorganisir dan modern, bahkan mereka memiliki �kantor� yang sederhana, memiliki pengacara/lawyer serta diperkuat LSM dan mahasiswa simpatisan. Di kampus-kampus AS seperti Harvard, Stanford, Berkeley sampai San Francisco akan mudah dijumpai fenomenan ini. Semua gelandangan dan pengemis itu adalah manusia yang tak kalah beraktivitas dengan para intelektual dan akademisi, tapi dengan visi-misi dan cara mereka sendiri.
�Mereka marah jika diusir atau diusik dari kampus, mereka langsung bawa pengacara, aktivis LSM dan semacamnya. Mereka seperti kita, hanya secara kelas mereka underclass, underdog. Jumlahnya mungkin ratusan ribu, atau bahkan jutaan di AS,� tambah Abbas.
Krisis kapitalisme di Amerika sudah parah. Kaum menengah merosot dan sekitar 30 juta orang AS yang tak beruntung, nasibnya kian buruk, menjadi gelandangan, pengemis atau sejenisnya. Presiden Barack Obama dan seluruh elite AS tak bisa menyembunyikan rasa malu mereka jika ditanya �mengapa makin banyak orang miskin di negeri anda?�.
Setiap kali saya berjalan pada subuh dan malam, untuk menikmati kesunyian, saya sering merasa was was, dan takut jika para gelandangan dan pengemis mendekati saya dan meminta-minta, dengan badan mereka yang tegar, jenggot dan brewok mereka yang lusuh, pakaian mereka yang kumuh, seolah mau �merampok.
Karena itu saya hati-hati, apalagi jika saya berpapasan dengan para pemabuk, gelandangan kulit putih yang ''bertubuh besar" dan orang orang negro yang gedebak-gebebuk dengan wajah lusuh, seram dan membawa anjing yang galak. Di Amerika Serikat, jumlah orang yang tinggal di kawasan-kawasan sangat miskin telah bertambah sepertiga selama dasawarsa terakhir.
Dari laporan The Brookings Institution, AS, terungkap bahwa kemiskinan merupakan masalah yang semakin gawat di kawasan Midwest, dimana jumlah orang yang tinggal di komunitas-komunitas sangat miskin hampir tumbuh menjadi dua-kali lipat.
Di Detroit, hampir 1 dari 4 orang tinggal di daerah-daerah miskin yang ditetapkan sebagai daerah paling sedikit 40-persen penduduknya hidup dibawah garis kemiskinan. Lebih jauh ke selatan, komunitas-komunitas di Texas dan Louisiana mencatat kenaikan terbesar dalam jumlah kemiskinan yang serius.
Malahan para pedagang kaki lima di Washington DC banyak berjualan di pinggir jalan utama dekat Mall Museum Washington DC. Tak kalah serunya, ada pula gelandangan dan pengemis yang minta-minta uang senilai 'one dollar' dengan imbalan memberikan koran kepada visitor, padahal koran itu gratis dan justru ada di box yang tersedia di halte.
Brookings Institution memperkirakan, antara 2000 dan 2010, kawasan-kawasan sangat miskin di Amerika Serikat telah semakin besar dengan jumlah mencapai lebih dari 2-juta orang.
Biro Sensus mengatakan angka kemiskinan AS sedikit di atas 15 persen, atau jumlah warga miskin menjadi lebih dari 46 juta orang secara nasional. Resesi telah menaikkan persentase orang yang hidup dalam kemiskinan di Amerika Serikat pada 2010 ke tingkat tertinggi dalam tujuh belas tahun.
Menurut Biro Sensus seperti dikutip Voice of America, angka kemiskinan sedikit di atas 15 persen, meningkat 0,7 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah total itu naik menjadi lebih dari 46 juta orang secara nasional. Data menunjukkan angka kemiskinan untuk orang Amerika keturunan Afrika meningkat lebih cepat dibanding penduduk lain, yaitu lebih dari 27 persen.
Pemerintah Amerika menganggap keluarga beranggota empat orang tergolong miskin jika pendapatan tahunan mereka di bawah 22.314 dolar AS. Laporan ini menunjukkan dampak resesi yang lebih luas, sementara pendapatan rumah tangga rata-rata turun lebih dari 2 persen antara 2009 dan 2010 (menjadi 49.445 dolar AS). Jumlah gelandangan (tunawisma alias homeless) dan mereka yang meminta bantuan pangan kian meningkat di Amerika.
Survei tentang tingkat kemiskinan di Amerika Serikat menunjukkan semakin banyak orang yang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Suvei 29 kota di seluruh Amerika menyebutkan semakin banyak orang yang tidak punya rumah dan hampir semua kota melaporkan peningkatan permintaan bantuan makanan. Menurut data pemerintah, 49 juta rakyat Amerika termasuk kategori miskin di 2010, peningkatan satu persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Amerika memang negeri adidaya, namun gagal mengatasi kemeralaratan dan jurang kaya-miskin warganya yang kian tajam. Amerika mestinya malu pada dirnya sendiri karena mengklaim diri super power, namun gagal mengatasi masalah the powerless people di dalam negerinya.
Jadi, AS itu super power atau super powerless? Yang sudah jelas, Bush atau Obama �bukan superman� dan sering diolok-olok para pengamen di jalanan, atau di pojok stasiun kereta api bawah tanah. Ironis.
No comments:
Post a Comment